Muzania Media

Tampilkan postingan dengan label STORY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label STORY. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 April 2020

Pengalaman Suka Duka Memakai Susu Formula

Hai, Moms. Kamu pengguna Sufor ya? Sufor apa yang kamu pakai saat ini? Oh, ya, Moms. Pasti banyak banget dong kendala-kendala yang dirasakan saat anak pilih mengkonsumsi Sufor. 

Aku adalah ibu yang gagal menyusui, Moms. Bukan karena malas, atau karena wanita karir. Bukan karena ingin payudara tetep cantik atau karena pilih yang praktis. Tapi memang banyak kendala yang aku alami ketika menyusui anak pertama. Kendala ya apa saja, Moms? Coba baca di postingan aku sebelumnya >> Gagal Menyusui, Bukan Gagal Menjadi Ibu

Di page ini, aku mau nulis tentang pengalaman aku selama ini pakai Sufor. Oh, ya, fyi, babyku sudah mencicipi Sufor sejak usia 3 hari. Itu karena ibuku yang minta. Dia tidak tega karena asiku tak kunjung keluar. 

Aku masih ingat, hari itu adalah hari ketiga bayiku merengek semakin kencang. Tangisnya pecah, berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kalau Moms mendengarnya mungkin juga tidak akan tega. Bahkan ingin menangis. 

Berbekal Internet, aku buru-buru mencari Sufor yang aman buat babyku. Ketemulah di Internet susu formula dengan nama Bebelac 0-6 bulan. Sekilas aku baca dan review sudah cukup aman. Aku tidak punya waktu lagi untuk mencari tahu. Aku harus segera membeli susu formula itu di Indomaret terdekat. 

Saat itu pukul 8 malam. Suamiku sedang pergi bersama teman-temannya. Aku belum bisa menghubungi untuk meminta tolong disaat mendesak. Akhirnya aku meminta adikku untuk mengantar ke Indomaret terdekat. 

Sakittt. Perihhh. Tulang ekorku masih sakit. Di hari ketiga itu seharusnya aku masih dirumah. Tak boleh kemana-mana. Apalagi sampai boncengan naik motor. Tapi apa daya. Seorang ibu yang mencintai anaknya, dan mematuhi ibundanya tak bisa berbuat apa-apa. Yang kutahu, malam itu aku harus bisa membuat bayiku kenyang dan tenang. Aku pun tak pikir panjang mengambil dus kotak susu formula Bebelac paling kecil untuk kubawa pulang. Sakittt. Itu lagi yang aku rasa setelah 3 hari lahiran normal dan memaksakan boncengan motor.

Beruntung juga aku sudah memiliki kado botol susu waktu kami menikah. Yang mengado teman suamiku. Padahal aku belum mengandung saat itu. Aku coba membongkar, mencuci, dan merebusnya sebentar. Aku buru-buru meniriskan botol dan langsung saja kuisi 2 sendok susu ke dalamnya. Ku kocok dan kusodorkan ke mulut bayiku. 

Ncup.. Ncup.. Ncup... Dia melahap dengan tenang setelah suaranya habis dan nyaris hilang karena menangis kelaparan. Aku turut tenang, tapi juga merasa berdosa karena sempat berfikir jadi ibu yang tak baik. 

Notes: buat para calon ibu yang hendak melahirkan. Tetap sedia botol susu yaa.. Untuk jaga-jaga saja Bukan karena Asinya tidak keluar. Tapi saat pumping, kita bisa gunakan botol susu untuk meminumkannya ke bayi. 

Alhamdulillah. Bayiku sudah tenang. Satu minggu, aku masih melakukan pumping meskipun hanya dapat 50ml. Aku mencoba memakai nipple shield untuk merangsang bayiku mau menyusu. But, itu hanya sia-sia. Aku juga sudah mencoba alat relaktasi, tapi juga bayiku tersedak karena aliran susu di selangnya. 

Baiklah. Memang belum rezeki ku bisa memberikan asi untuk anak. Alhasil hingga usia saat ini, satu tahun lebih satu bulan, aku tetap memberikan Sufor kepada anakku. 

Di tengah perjalanan, aku sempat mengganti Sufor anakku dengan SGM. Sufor ini sangat reccomend buat para ibu yang tidak bisa menyusui seperti aku. Aku sendiri beralih ke SGM karena harga lebih hemat. 2x lipat lebih hemat dibanding susu sebelumnya. Tapi ingat ya, Moms, perhatikan juga reaksi bayi ketika kita mencoba ganti susu formula. Reaksi baik atau buruknya penerimaan bayi bisa dilihat dari pup-nya. Alhamdulillah anakku sejauh ini mau saja jika diganti dengan susu SGM. 

Berapa Banyak Susu Formula Yang Dibutuhkan? 
Di awal-awal Bebelac, aku lupa membeli berapa banyak dus. 

Sewaktu ganti SGM, untuk usia 0-6 bulan SGM Ananda hanya beli 2 dus (1000 gr). Hingga semakin besar anakku, paling banyak aku membeli 5 dus (1000 gr)/ bulannya produk SGM 6-12 bulan. Harga satu dus ini berkisar 79.000 di Luwes. 

Sedangkan saat usianya menginjak 1 tahun, aku masih membeli SGM 1+ dengan takaran sama 5 dus (1000 gr)/ bulannya. Harga satu dus ini masih sama dengan yang 0-12 bulan. berkisar 79.000 di Luwes. Sehingga setiap bulan, paling tidak aku menyisihkan uang Rp 240.000 untuk susu anak. Kenapa bisa sebanyak itu? Soalnya anakku dimasa kecilnya kalau melek harus wajib ngedot. Kalau tidak ngedot, dia langsung menangis. 

Bagiku, anakku memang suka minum banyak. BB nya stabil. Bahkan tergolong berisi. Meskipun dilihat secara fisik tidak gemuk. Sekarang minumnya kalau siang hanya maksimal 9 sendok susu. Sisanya bisa diganti air putih atau teh. Sedangkan kalau malam, bisa tak terhingga karena lebih banyak minum. 


Suka Duka Pakai Sufor
Suka duka pakai Sufor tentu ada ya, Moms.Yang jelas pakai Sufor itu:

1. Boros biaya. Untuk SGM saja minimal sediakan anggaran Rp 250.000/bulan.
2. Ribet karena harus mencuci botol. Botol harus selalu steril.
3. Harus sedia air panas untuk menyeduh susu.
4. Harus bawa tas susu kemana-mana. Jadi agak ribet. Beda kalau ASI ya, Moms.
5. Kadang ada rasa malu dengan orang lain ketika harus bawa Sufor. Jadi enggan ikut perkumpulan seperti bukber, rekreasi bersama, dan meet up. Karena sudah membayangkan betapa ribetnya bawa Sufor.
6. Anak cepat kencing, banyak kencing, dan cepat PUP. konon katanya beda dengan ASI yang terserap langsung oleh tubuh. 
7. Air kencingnya jadi najis. Beda dengan ASI yang tidak najis jika dicipratkan air 3x ke tempat yang kena kencing bayi. 
8. Ada yang bilang bayi Sufor itu kegemukan. Atau kalau kurus, susah untuk gemuk. Jadi over gitu, Moms. Tapi alhamdulillah anakku termasuk yang ideal. 

Kalau sukanya apa ya, Moms? 
1. Kalau aku sih jadi bisa ditinggal kerja. Karena masih ada ikatan dinas yang harus kuselesaikan. 
2. Nggak perlu begadang panjang. Alhamdulillah anakku kalau sekalinya dibuatin susu langsung dipegang sendiri botolnya. Jadi cukup memudahkan sih, Moms. Ga perlu duduk dan begadang. Babyku bisa pegang botol sejak usia 2 bulan. 

Ya begitulah, Moms. Tentu nggak perlu dibandingkan dengan ASI ya. Jelas dimanapun dan apapun teorinya, ASI tetaplah yang terbaik. Namun, jangan egois, ya, Moms. Saat anakmu memang sudah dehidrasi, berikan Sufor. Dan kamu bukan lah pendosa hanya karena memberi Sufor pada anak. 

Btw, gimana, Moms suka dukanya pakai Sufor? Dan Sufor apa yang udah Mommy pakai saat ini? 
Tetap semangat ya, Moms 🤗

Salam hangat, 
Fije
Ditulis saat anak dan suami sudah terlelap



Senin, 06 April 2020

Pengalaman Pahit: Gagal Menyusui Bukan Gagal Menjadi Ibu

Hai, Moms, apakah kamu mengalami kegagalan menyusui sepertiku??? Sabar ya, pasti berat ya? Memang, tapi kamu pasti kuat. Aku akan bagi sedikit pengalaman tentang kegagalan menyusuiku. Semoga ini tidak terjadi di kamu ya, Dears

1. Terlambat Belajar
Sejak mengandung bayi, aku hampir membaca berbagai hal tentang melahirkan. Tentang sakitnya, pulihnya, wishlist barang-barang debay, trus apapun itu soal kehamilan tapi aku lupa belajar tentang caranya menyusui. It's So bad. Kukira menyusui itu hal yang natural. Semua orang bisa, semua bayi bisa melakukannya. Ternyata tidak semudah itu. 

Aku tidak belajar bagaimana cara membersihkan payudara, cara membentuk puting agar siap disusukan kepada bayi, meminum makanan yang melancarkan ASI sejak bayi dalam kandungan, dan seabrek pembelajaran ASI lainnya yang ternyata sangat kompleks. 

Aku sampai berfikir, bagaimana mungkin hewan saja yang tidak dilatih atau belajar bisa menyusui kenapa aku yang manusia Tidak bisa??? 

Ah.... Semua sudah terlambat. Dan aku tidak mau gagal untuk yang kedua kalinya. Untuk anakku yang kedua nanti, insyaallah

2. Tidak ada Pendamping 
Aku mengandung dengan sangat baik. Nyaris tidak ada keluhan. Muntah bisa dihitung tidak lebih dari 5x. Aku mampu makan apa saja, tidak terlalu membenci makanan seperti yang  lainnya. Aku juga tidak nyidam yang neko-neko. Yang kuiingat saat itu, aku hanya labil dalam mengelola emosi. Kata adik iparku "itu yang namanya bawaan bayi. Dikit dikit marah."

Aku melahirkan disebuah klinik persalinan. Tepat 1 hari setelah HPL. Yakni tanggal 2 Maret dari HPL yang tanggal 1. Persalinanku normal dan cepat karena 1 hari kemudian aku langsung bisa pulang ke rumah. Persalinannya gratis memang, tapi, aku merasa tidak mampu mengelola semua setelah itu. 

Jadi ibu baru bukanlah hal mudah. Tangisan bayi setiap saat, sakitnya pasca persalinan, asi tidak keluar, omongan tetangga, semua campur aduk jadi satu. Dan, akupun mengalaminya. Baby blues. 

Setiap jam aku nyaris meneteskan air mata karena merasa tak mampu jadi ibu yang baik. ASIku tak keluar. Susah sekali menyusui itu. Apalagi aku dihadapkan dengan puting pendek. Bayi tidak bisa mengenyot payudara dengan nyaman. Akhirnya lepas dan lepas lagi. Si bayi marah marah karena lapar tidak mendapatkan asupan. Aku pun geram. 

Sayangnya di saat saat seperti itu aku kesulitan mendapatkan Pendampingan. Bidan hanya memberikanku cara menyusui yang benar dengan posisi yang dibenarkan. Sepulang ke rumah, bayi meronta-ronta. Aku bingung, sedang ibuku adalah orang pendiam. Berbeda dengan orang tua lainnya yang memaksa dengan afirmasi positif, "ayo, coba lagi, kamu bisa menyusui". Alih alih menyusui, ibuku tidak tega dengan jeritan anakku yang kelaparan. Di hari ke 3, ibuku menyuruhku membelikan susu formula. Padahal aku sudah kekeh akan memberikan asi eksklusif pada anak. Tapi... Bagaimana lagi. Ibuku tidak tega dengan bayiku laki laki yang meronta-ronta kelaparan. 
Dengan tidak adanya pendamping itu aku berusaha belajar sendiri, meskipun hasilnya terlambat. 

Aku mencoba membuat asi booster berdasarkan informasi yang beredar di internet maupun dari mulut ke mulut. Mulai dari alpukat, prenagen, susu kurma, marneng (jagung kering), teh asi booster, pil asifit, daun katuk.. Semua sudah kucoba. 

Aku juga mencoba menghubungi AIMI agar mengajariku menyusui. Entah berapapun bayarannya. But, no respon. Aku juga didatangi teman tetangga yang jadi bidan. Semua oke ketika dia datang, si bayi pura pura tidur, selepas pulang, kembali melepas puntingku dan meronta. Akhirnya sufor lagi, sufor lagi. Aku menangis tiap malam. 

Bukannya tidak membuahkan hasil. Payudaraku mulai padat terisi asi yang penuh. Tiap subuh bajuku basah karena asi yang tumpah. Tapi dedek ku tidak mau meminumnya. Alhasil aku pun membeli pompa asi. Plus sambungan puting untuk mengatasi masalah menyusuiku. Namun, lagi lagi bayiku meronta. Dia tidak sabar dengan ASIku yang keluar sedikit demi sedikit. 

Pernah juga beli alat relaksasi semacam selang yang menghubungkan antara sufor, payudara, dan isapan bayi. Pas kucoba, bayiku tersedak. Ibuku memaksaku untuk melepas saja, memberikannya sufor. Ya Allah... Padahal aku sebenarnya bisa menghasilkan asi. 

Cara terakhir yang aku usahakan adalah dengan mengasingkan diri di rumah mertua. Disana ada adik iparku yang sukses ASI. Sedang dirumahku, aku memang sedang konflik dengan ayah kandungku. Yang membuat emosiku tak stabil. Aku di rumah mertua 10 hari, tapi mereka tak lulus mengajariku menyusui juga. Aku menyerah. 

Akhirnya ASI yang kupompa lama kelamaan habis. Karena prinsip ASI sebenarnya ialah mau memproduksi ketika bayi tetap mengenyot puting. Jadi, meskipun aku memompanya, sama saja, tidak ada produksi, hanya ada konsumsi. ASIku kering dalam waktu 1 bulan. 

3. Julid Everywhere
Lahiran normal tak membuat telingaku jadi tenang. Masalah ASI selalu diungkit-ungkit oleh orang yang terus berdatangan menjengukku. Komentarnya seputar ini:

- minumnya ASI apa sufor?
- wah, anaknya dikasih sufor ya.. Pasti karena ibunya malas
- wah, sufor nih. Soalnya wanita karir kok ya. 
- idih, anak sapi dong. Ibu zaman sekarang mana mau menyusui. Maunya serba instan. 
- Ibunya nggak sabaran tuh, sebenarnya bisa. 
- asi itu lebih baik loh, daripada sufor. 
- Kalau nggak ASI, nanti anaknya jadi ga deket sama ibunya. 
- nanti kalau sufor anaknya jadi sakit-Sakit an. 
- anak ASI biasanya jadi lebih pinter. 
Parahnya lagi ada ustad kondang yang ngomong beginian, "Ibu itu punya kewajiban untuk menyusui anak selama 2 tahun. Di dalam Alquran jelas. Jadi kalau ada ibu yang males menyusui anaknya, nanti akan kena dosa besar. 

Begitulah kejulidan yang aku dengar sejauh ini. Dan berasa aku ingin bilang kepada dunia," Aku bukannya nggak mau menyusui, tapi nggak bisa menyusui karena banyak faktor."

Dan prolaktasi juga mengatakan "semua ibu pasti bisa menyusui." Hampir streslah aku karena baby blues ini.

4. Ada Penyesalan?? 
Lalu, apakah ada penyesalan karena tidak bisa menyusui? Jelas ada. Bisa dibilang, aku menyesal seumur hidup. Dan aku berjanji kepada diriku dan keluarga, akan lebih berusaha untuk anakku yang kedua nanti. Selain itu, aku juga capek larut dalam penyesalan. Akhirnya, aku cari semangat positif yang setidaknya bisa menghibur diri. Ada banyak hal, diantaranya:

- dokter di klinik persalinanku juga tidak bisa menyusui kedua anaknya. ASInya tidak keluar. Jadi, ada kok dokter sekalipun yang nggak bisa menyusui. 

- Siti Aminah, ibunda Rasulullah Muhammad Saw juga tidak menyusu karena baby blues, psikisnya terpukul karena suami meninggal. Dia pun mengusulkan Muhammad kecil kepada Siti Halimah. Lalu bagaimana kata ustad tadi yang meng-judge bahwa perempuan berdosa jika tidak menyusui??? 

- Jangan memaksa menjadi sempurna. Jika kamu tetap kekeh asi eksklusif padahal memang tidak cukup, anakmu bisa dehidrasi. Bahkan parahnya bisa meninggal. Seperti tetangga temanku yang kekeh ASI padahal memang tidak bisa memberi. Akhirnya meninggal anaknya karena tidak mendapat asupan. 

-Bagaimana pun juga, kamu yang tidak memberi ASI, tetap seorang Ibu. Kamu yang mendidik, mendampingi, bahkan diusia anakku yang 1 tahun ini, dia bisa merasakan kehadiran ibunya ketika pulang kerja. Cepat cepat dia lari ingin memelukku. Dia tetap menyayangimu, dan aku juga menyayanginya sebagai anakku. 

-Anak Sufor belum mesti sakit sakitan atau bodoh. Iklan SGM sudah membuktikannya. Ada anak pertanian S3 karena sufor. Adekku juga sufor, dan sehat sampai sekarang di usia ke 20 tahun tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit. Bahkan dia juga cerdas. 

Jadi... Jangan menyesal atau menyalahkan diri sendiri ketika memberikan susu formula. ASI memang yang TERBAIK. Tapi bukanlah segalanya. Kita akan jadi egois jika hanya mementingkan diri menjadi ibu lulus asi eksklusif padahal nyatanya tidak bisa demikian. Be your self. Allah menyayangi kita. 

Peluk hangat, 
Fije
Untuk ibu ibu yang gagal mengASIhi


Sabtu, 04 April 2020

Ini Pengalaman Ibu HamilTes VCT, HIV, HBsAG di Puskesmas Colomadu



Hasil TestpackAlhamdulillah. Syukur kami kepada Allah karena dikaruniai kehamilan sudah 35 minggu. Semoga saya dapat menjalani persalinan yang normal, lancar, dan diberi kesehatan untuk saya dan debay nya. Aamin.

Mau sharing nih buat Mommy yang hamil dan mau tes HIV HBsAG. Sebelumnya, aku udah sempet nanya-nanya soal tes ini ke buibu yang punya anak lainnya. Tapi katanya nggak disuruh tes-tes gituan. Soalnya emang lagi digencarkan sekarang.
Kenapa? Ya, manfaatnya ketika kita terdeteksi sakit biar segera ada penanganan untuk debay. Entah nanti diberikan vitamin pasca debay lahir atau bagaimana.

Apa sih Tes HIV HBsAG?
Dilansir alodokter.com, Tes HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi penyakit Hepatitis B. Jika hasil tes menunjukkan hasil yang positif, maka hal tersebut menandakan adanya virus hepatitis B di dalam tubuh.

Berapa Lama?
Kalau aku periksa ke puskesmas Colomadu, diitung ketika datang antri jam 8.30 WIB sampai benar-benar selesai ambil resep obat itu sekitar pukul 10.00 WIB. Tes nya nggak lama kok. Cuma nunggu hasil tesnya emang sekitar 45 menitan.

Bayar Berapa?
Tes yang aku lakukan di puskesmas setempat sih, beda kota, meskipun sama Kabupatennya. Waktu itu sempat ditanya ‘Ada BPJS nggak?”, trus aku jawab enggak. Jadi biaya yang aku keluarkan itu tepatnya Rp 119.500. Itu udah termasuk obat dari KIA. Mungkin biaya di daerah masing-masing berbeda. Katanya sih kalau di rumah sakit lebih mahal.

Tes nya Meliputi Apa Saja?
Oke. Aku ceritakan pengalaman proses tes HIV HBsAG ya..
Di puskesmas tempat aku periksa ini antriannya sudah mulai memanjang sejak pukul 06.00 WIB. Soalnya aku dateng sekitar pukul 7.30an itu penunggu antriannya udah mengular sampai luar. Whatt?? Ya, memang begitu. Tapi karena aku punya temen yang kerja di sebelah puskesmas. Aku minta tolong dia buat ngantri lebih pagian. Hehe.. jadi pas aku dateng tinggal gantiin antrian dapetlah urutan nomor 18.

Eits, kalau di puskesmas sini, urutan nomor 18 itu bukan benar-benar nomor 18 ya. Tapi nanti ada klasifikasinya A,B,C,D (mungkin beda system di puskesmas yang lain). A itu untuk poli umum, B untuk surat keterangan dokter, C untuk poli gigi (kalau nggak salah), D untuk KIA. Jadi meskipun saya antri nomor 18, ketika nomor antrian sudah dibuka, aku ambil antrian yang D. Jadilah nomor antrianku nomor D1. Karena yang lain antri poli umum dan poli gigi.

Aku dapet 2 nomor antrian. Satu untuk daftar dan satunya lagi untuk masuk ke ruang KIA. Kalau di puskesmas saya waktu itu, yang belum pernah maupun yang sudah pernah tetap ambil 2 nomor antrian dan daftar.

Meskpun antrian D1, tapi aku masih dipanggil cukup lama. Hhee. Soalnya yang dipanggil A1, A2, A3, A4 , B1, C1, C2, dst.. sampai aku memberanikan diri Tanya ke petugas. “Pak, ini nanti KIA jam bukanya sama kan? Kok belum dipanggil?” Hehe. Trus bapaknya bilang, ya emang gitu mbak. Soalnya antrian poli umum lebih banyak. Jadi diprioritaskan.
Nah, setelah antrianku dipanggil, aku ditanya sama petugas seputar identitas. Nama, usia, tanggal lahir, suami, alamat tinggal. Udah.. ga ditanyain ktp sama KK. Setelah itu diberikan kartu kecil kayak member gitu. And then, aku diarahkan untuk menunggu di depan ruang KIA.

Ke Ruang KIA
Menunggu dan menunggu. Lumayan lama sih. Sampai ketika dipanggil akhirnya didata lagi seperti tadi. Cuma ditanya agak detail, “punya riwayat sakit apa? Paru, sesak nafas, jantung?” Aku bilang enggak ada. Pasca itu aku cek berat badan, cek tensi, cek tinggi janin, dan cek detak jantung janin. And then.. didata lagi.
Udah selesai? Belum laah.. Habis itu aku bawa berkas dan diarahkan ke Laboratorium-Poli Gigi- KIA.

Ke Laboratorium
Okelah. Aku ke laboratorium dulu. Ruangannya berjajar dan berdekatan. Paling Cuma 15 langkah. Pas ke laborat nggak perlu antri soalnya aku pertama. Hehe. Di sana aku didata dulu trus dikasih semacam nota. Diminta bayar ke kasir sejumlah Rp 119.500,- Untung kasirnya nggak antri. Kalau antri mah, makin luama. Setelah dapat nota dari kasir, aku kembali lagi ke lab.

Sewaktu di lab, aku mulai diambil sampel darah. Oh, ya. Buibu jangan pakai baju yang lengannya ketat ya. Soalnya ambil sampel darahnya di atas lekukan siku. Jadi bakal digulung. Setelah diambil darahnya cukup, aku dikasih wadah dan diminta ke kamar mandi untuk ambil urin. Setelah proses ambil urin selesai, langsung deh ke poli gigi.

BACA JUGA:Pengalaman Pahit: Gagal Menyusui Bukan Gagal Menjadi Ibu


Ke Poli Gigi
Poli gigi di puskesmas ini ada dipojokan. Kalau jalan ya sekitar 20 langkah kali ya. Di Poli gigi ini, aku juga nggak perlu antri meski lagi banyak pasien. Why? Lagi-lagi karena antrianku KIA pertama. Jadi langsung masuk, ternyata berkas KIA ku sudah ada disana. Aku langsung diminta duduk di kursi cabut gigi itu. Sempet deg-degan sih jika nanti gigiku bermasalah. Soalnya selama ini nggak pernah cek gigi. Hehe. Perawatannya juga nggak seekstrim yang lain.

Pas duduk, dicek sama dokter giginya. Dilihatlah gigi-gigiku sampai ke belakang. Nggak ada semenit. Habis itu disuruh kumur-kumur. Udah.. Dibilangin sama dokternya ,”Giginya bagus, nggak krowok (berlubang). Cuma ada sedikit karangnya.” Fiuhh.. Lega juga.. Tapi katanya kalau ada keluhan bisa disampaikan meski gigi sehat.
Setelah cek gigi, langsung deh bawa berkas ke KIA lagi.

Back to KIA
Di KIA, aku cuma menyerahkan berkas aja. Terus diminta menunggu di depan laboratorium. Menunggu hasil tes HIV HBsAG. Sekitar 45 menit.

Back to Laboratorium
Nah, karena menunggunya cukup lama. Bumil boleh lo keluar dulu sambil jajan atau sarapan. Hehe. Yang penting nggak sampai seharian. Abis itu balik lagi ke ruang tunggu di depan laboratorium biar pas dipanggil kedengeran.

“Ibu Fitria..” ujar petugas Lab waktu itu
Ketika dipanggil, aku dikasih berkas untuk dibawa ke KIA lagi. Hehe. Ini juga nggak perlu ngantri lagi ya. Pokoknya langsung ditangani. Pas udah duduk sama bidan dikasih tahu buat baca hasil tesnya..
“Hasilnya bagus ya buu.. HIV, Hepatitis, Sipilis nya negative. Hb nya juga bagus 12,2,” kata ibu bidannya.
Alhamdulillah..
Pasca itu aku juga ditanya, “vitaminnya masih nggak?”
Ya, karena udah seminggu kehabisan obat dan vitamin, aku bilang enggak. Lumayan lah biar debaynya makin sehat.
Akhirnya aku dikasih resep dan menuju ke ruang obat untuk antri ambil obat. Antriannya lagi-lagi pas sepi. Hanya 1 orang. Jadi jam 10 lebih sedikit proses tes HIV HBsAG ku sudah selesai. Alhamdulillah..

Catatan
Buibu, sebaiknya cari info dulu system pemeriksaan di puskesmas setempat.  

Soalnya sebelum ini, aku periksa di puskesmas lain. Udah antri jam 7, antrian pertama, eehh, pas udah nyampe ruang periksa bilang tidak menangani tes HIV HBsAg. Lalu dialihkan ke puskesmas kedua. Setelah aku dateng ke puskesmas kedua, antrian panjang, menunggu lama, sekitar pukul 10, pas nyampe diruang KIA dibilangin, “Dokternya hari ini nggak ada. Cuma bisa tes hari Senin dan Selasa”. Subhanallah.. padahal udah rela antri dari tadi. Kenapa nggak dibilangin, atau dikasih jadwal kek. Begitulah… Kadang-kadang harus tahu dulu system puskesmasnya sebelum periksa. Daripada kecewa.
Dan Alhamdulillah, ini aku ke puskesmas di beda kota yang infonya ku dapat dari referensi kenalan bu bidan.

Bagaimana Kalau Hasil Positif?
Kalau hasilnya positif, insya Allah segera dapat penanganan. Seperti kisah berikut
KLIK LINK: Kehamilan Dengan HBsAg Positif 
Semoga kehamilanmu menyenangkan dan bernilai ibadah Moms. 

Fije
Ditulis dengan perasaan penuh syukur

46174018_330394194465381_6089447690289842352_n