Muzania Media

Rabu, 08 April 2020

Para Suami, Wujudkan 5 Hal Ini Pasca Istrimu melahirkan

Hai, Moms. Hai, Dad. Hal-hal yang kalian baca ini berdasarkan pengalaman penulis dan orang-orang di sekitarnya yaa.. Jadi bisa dibilang opini tapi sesuai Realita.

Terkhususnya para suami, mengertilah. Ada nafas panjang yang harus dilalui istrimu saat melahirkan anakmu. Dia mesti melalui masa-masa sulit dan menyakitkan. Tapi, masa-masa sedih itu hilang rasanya ketika bayi telah lahir ke dunia dalam keadaan selamat, sehat, wal afi'at.

Pasca melahirkan, istri memerlukan banyak hal yang kadang tak sanggup ia mengutarakannya. Mungkin karena enggan, bingung, atau takut dibilang lebay. Kebutuhannya seputar ini:

1. Di Luar Rumah Itu Udara Segar
Setelah melahirkan anak, terutama anak pertama, istri akan mendengar tangisan bayi hampir setiap jam. Ini membuat istri cukup stres. Sehingga sedikit hiburan dengan mengajaknya ke luar rumah meskipun hanya 15 menit itu akan membuatnya FRESH. Entah itu sekadar beli camilan atau jalan-jalan sore.

Aku, termasuk perempuan pekerja yang mulai menjalani cuti sepanjang 3 bulan, kala menjadi ibu baru cukup stres. Pernah dalam sekali waktu aku diajak suami untuk beli buah semangka dengan naik motor. Nggak ada setengah jam. Tapi, kesempatan aku meninggalkan rumah yang sumpek dan penuh dengan tangisan bayi itu membuat aku plonggg.

Temanku, namanya Ari juga mengalami hal yang sama pasca melahirkan. Setiap hari, kala suaminya pulang langsung memberikan kesempatan pada istrinya untuk naik motor tiap sore. Ya, sekitar 10-15 menit lah. Untuk muter muter kompleks dan beli camilan sendirian. Lalu bayinya? Bayinya dijaga suaminya dirumah sambil menunggu istrinya yang sedang mencari udara segar meskipun sejenak.

Hal sepele seperti itu kadang kurang diperhatikan suami. Cobalah, dan kamu akan membuat istri bahagia meskipun hanya sekejab. Karena istri juga butuh Refresh.

2. Support Semangat Saat Baby Blues
Hampir semua wanita yang memiliki anak pertama mengalami baby blues. Apa itu baby blues? Saya tak akan menjelaskan secara ilmiah ya.. Tapi singkatnya begini.. 

Pasca melahirkan, ada banyak hal yang berubah. Dari pola makan ibu, jam tidur berkurang, nggak bisa me time, terlalu fokus sama bayi, dan masih banyak lagi. Dari ritme hidup yang sebelumnya tak banyak beban jadi berubah drastis itu bisa membuat ibu jadi stres. Apalagi kalau asi tak kunjung keluar. 

Belum lagi omongan-omongan tetangga, mertua, dan jangan sampai suami ikut memojokkan istri karena belum bisa menyusui, lahiran caecar, dan lainnya. Karena suami, saat itu sangat sangat dibutuhkan sebagai penguat, penyemangat. 

Kata-kata seperti "Ayo, Bun, anak kita harus ASI." Itu tidak cukup sampai suami ikut berkontribusi tentang kelancaran ASI itu sendiri. 

Teman saya, namanya Isna. Dia sangat didukung oleh suaminya untuk memberikan asi eksklusif pada anaknya. Alhasil apapun kebutuhan istrinya agar bisa ASI pun diturutin suaminya. Seperti beli peralatan pumping, membuatkan asi booster, mengambil alih pekerjaan rumah. Dan lainnya. So, bukan hanya menyuruh atau meminta saja, tapi juga mendukung dengan perbuatan nyata. Akhirnya, temanku Isna lulus asi eksklusif 2 tahun. Padahal dia wanita karir. Pumping sana sini. Bahkan pas satu acara seminar denganku di hotel , dia rela mundur pergi ke toilet buat pumping. 

Kisah sebaliknya pernah diceritakan youtuber, saya lupa namanya. Tapi pengalamannya saat baby blues, sampai-sampai ingin menjatuhkan anaknya padahal sebelumnya sudah pernah keguguran 2x, lantas dibilang lebay sama suaminya. Astagfirullah. Tak sepatutnya sebagai seorang suami seperti itu. 

Baby blues itu memang ada. Temanku bernama Yani, dia mengalami baby blues hingga ingin mencelakai anaknya ketika masih baby. Efeknya, hingga sekarang dia membenci wanita hamil karena tau rasanya baby blues. 

3. Pijatan Punggung Untuk Melancarkan Asi
Pijatan punggung sesuai anjuran bidan ini tak perlu saya jelaskan caranya. Di Internet sudah cukup banyak. Pijatan ini berguna mendatangkan kedekatan suami istri lalu memunculkan hormon kebahagiaan pada ibu. Hormon kebahagiaan ini membantu ibu agar tidak stres sehingga mampu Melancarkan asi. 

Langsung googling ya... Nggak lama kok. Yang terpenting itu ketersediaan waktu suami di masa-masa stres atau baby blues pasca melahirkan seperti ini. 

4. Bantu Mencuci Popok Bayi
Boro-boro mau mencuci Popok, untuk duduk lalu berdiri lagi saja masih susah. Ini pengalamanku setelah lahiran normal. Namun, di hari ke 3 pasca melahirkan aku sudah mulai mencuci pakaian suamiku meskipun dengan berdiri dan mengucek (bukan mesin cuci loh ya).

Sedangkan Popok, dalam satu hari, mininal sekali kita akan mencuci 1 lusin atau 12 Popok. Belum lagi baju dan alas kainnya yang digunakan untuk alas ompol. 

Nah, suami setidaknya bantu istri mencuci Popok bayi ini. Apalagi yang sama sekali tidak tinggal bersama orangtua atau mertua. 

Teman saya, Pak Luthfi, dia seorang Direktur, kala rapat direksi, dia buru-buru menyarankan agar rapatnya segera usai. Bukan karena ada urusan lain, melainkan ingin segera mencuci Popok bayinya sebelum jadi menumpuk. Bayangkan, sekelas direktur saja tetap mau mencuci Popok. Jadi direktur itu di kantor, sedangkan kalau di rumah ia tetap seorang ayah. 

5. Bantu Menyiapkan Kebutuhan Rumah Tangga
Di hari-hari pasca melahirkan istrimu, dia akan disibukkan dengan penyesuaian pola tidur dan pola menyusu baby. Sampai sampai lupa makan, mandi pun nggak bisa lama-lama, dan katanya bisa keramas itu kenikmatan yang haqiqi.

Di hari yang repot itu, bantu lah agar istrimu tak menjadi stres yang pada akhirnya melampiaskan stresnya pada bayi. Bantu memasak atau menyiapkan makan dengan membeli. Bantu belanja bulanan. Jangan lupa, "ingatkan makan. Kalau perlu disuapin." Bukan lebay loh ya, tapi ibu baru akan benar benar melupakan hal yang justru penting untuk dirinya. 

Aku dulu, sewaktu belum ada GOJEK, GRAB, dan semacamnya apalagi markerplace, belanja bulanannya ke warung teman. Aku list kebutuhanku lalu meminta temanku untuk mengantar ke rumah. Lumayan, ongkir 5ribu di masa itu.

Nah, gimana Moms, Dad? Jangan lupa dibantuin ya istrinya. Kalau bisa menjerit, rasanya ingin menjerit. Seperti temanku yang namanya Ratih. Di masa melahirkan anak pertama, dia baby blues, pernah punya keinginan membekap anaknya dengan bantal saking sebelnya denger bayi nangis. Dan dia menumpahkan kekesalannya sewaktu mandi. Dia menjerit geram sekencang kencangnya. Kata Ratih waktu cerita sih, tetangganya sampai denger. Mungkin mengira dia stres gitu. Jadi, jangan remehkan ibu baru ya.

Satu lagi, kalau kamu ternyata sudah jadi Ayah, dan belum pernah melakukan hal di atas yang ku sebutkan, padahal anakmu sudah besar, atau kamu LDR jadi tak bisa membantu istrimu pasca melahirkan, ucapkan Padanya, "Kau istriku yang hebat." Kenapa? Karena dia sangat kuat tanpa pundakmu disaat dia benar-benar membutuhkanmu. Jangan lupa tulis istrimu yang hebat di kolom komentar yaa, Dad. 

Semangat buat New Mom and Dad. 🤗
Fije
Ditulis saat anak sudah terlelap dan suami menemani disampingku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana menurutmu artikel ini?